Kamis, 16 Agustus 2012

ILMU TASAWUF

1.             Jelaskan pengertian tasawuf baik menurut bahasa maupun istilah!

A.             Tasawuf menurut etimologi adalah ada 8 (delapan) pendapat pengertian tasawuf menurut bahasa, yaitu:
a.      Tasawuf berasal dari istilah yang diserupakan dengan "ahlus Suffah" yaitu salah satu kelompok jama'ah di zaman Rasulullah SAW yang hidupnya gemar berdiam diri berlama-lama beribadah di Masjid dan di sekitar Masjid.
b.      Tasawuf berasal dari kata "shafa", merupakan fi'il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah yang ditujukan sebagai julukan untuk orang-orang yang bersih atau suci (orang-orang yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah).
nnn
d.       Tasawuf di tamsilkan kepada orang-orang dari Bani Shuffah yang gemar mendirikan tenda-tenda di tengah padang pasir tatkala kemalaman dalam musafir.
e.      Tasawuf berasal dari kata "sufi" yang artinya adalah orang suci atau orang yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah SWT menurut tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits. Pendapat ini yang paling populer di kalangan sufi.
f.        Tasawuf berasal dari kata "shaufanah" yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di padang pasir Arab. Hal ini disebabkan karena mereka mendapati pakaian jubah para sufi di masa itu banyak bulunya, sehingga ditamsilkan dengan shaufanah.
g.      Tasawuf berasal dari kata "shuf" yang artinya bulu domba atau wol. Hal ini dikarenakan para sufi di masa awal rajin memakai jubah yang terbuat dari benang wol berbulu domba sebagai tanda kerendahan hati dan kewarokan para sufi dalam berkehidupan di bumi Allah ini dan menghindari bermegah-megahan.
h.      Tasawuf berasal dari kata "wazan tafa'ul", yaitu "tafa'ala - yatafa'alu - tafa' 'ulan" dengan imbangannya "tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan". Dalam hal ini tasawuf dapat berkonotasi makna dengan "tashawwafa arrajulu" artinya seorang laki-laki telah mentasawuf, maksudnya laki-laki itu telah hijrah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan sufi, karena biasanya orang yang telah memasuki dunia tasawuf mereka mempunyai simbol-simbol seperti cara berpakaian yang terbuat dari benang wol, bahkan ada yang berpakaian jubah terbuat dari goni bolang (goni beras) sebagai bukti kesederhanaannya

B.             Tasawuf dalam arti termenologi menurut para ahli yakni :
a.      Imam Junaid dari Baghdad (m. 910), mendefinisikan tasawuf sebagai “mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah”.
b.      Bisyr Al Harits, tasawuf adalah bersihnya hati karena Allah
c.       Umar Ibn ‘Utsman Al Makki, tasawuf adalah agar seorang hamba dalam setiap waktu dengan suatu perbuatan yang lebih utama daripada perbuatan di waktu itu.
d.      Syaik Ruwaim, tasawuf itu terbentuk di atas 3 hal :
1.      Berpegangan dengan rasa fakir dan merasa membutuhkan kepada Rahmat dan pertolongan Allah Swt.
2.      Melaksanakan perbuatan memberi dan mengalah
3.      Meninggalkan perbuatan menentang yang dikehendaki Allah dan meninggalkan memilih kehendak dirinya sendiri.
e.      Syekh Abul Hasan asy-Syadzili (m. 1258) syekh sufi besar dari Afrika Utara, mendefinisikan tasawuf sebagai “praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan”
f.        Sahal al-Tustury (w 245) mendefinisikan tasawuf dengan “ orang yang hatinya jernih dari kotoran, penuh pemikiran, terputus hubungan dengan manusia, dan memandang antara emas dan kerikil”
g.      Syeikh Ahmad Zorruq (m. 1494) dari Maroko mendefinisikan tasawuf sebagai berikut :
“Ilmu yang dengannya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan menjaganya dalam batas-batas syariat islam agar kebijaksanaan menjadi nyata”.
h.      Ma’ruf al-Kharkhi mengatakan tasawuf adalah memilih Tuhan dan berputus asa terhadap apa saja yang ada di tangan para makhluk.
i.        Abu Muhammad al-Jurarai menyatakan bahwa tasawuf adalah masuk ke dalam budi menurut contoh yang ditinggalkan Nabi dan keluar dari budi yang rendah.

2.             Dalam perkembangan tasawuf, dikenal beberapa aliran. Jelaskan aliran-aliran tersebut dan tokohnya masing-masing!
a.      Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat ma’rifah kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf as-salih. Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb.an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan. Sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut : artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain : Hasan al-Basri (21 H – 110 H), al-Muhasibi (165 H – 243 H), al-Qusyairi (376 H – 465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah
b.      Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang filosof. Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat perkara. Keempat perkara itu adalah sebagai berikut:
Ø  Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
Ø  Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
Ø  Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
Ø  Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah al-Hallaj (244 – 309 H/ 858 – 922 M) Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H), Ibnu Sab’in (lahir tahun 614 H) as-Sukhrawardi dan yang lainnya.
c.       Tasawuf ‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf ‘irfani antara lain : Rabi’ah al-Adawiyah (96 – 185 H), Dzunnun al-Misri (180 H – 246 H), Junaidi al-Bagdadi (W. 297 H), Abu Yazid al-Bustami (200 H – 261 H), Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Arabi, Abu Bakar as-Syibli, Syaikh Abu Hasan al-Khurqani, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin al-Kubra dan lain-lainnya.
3.             Para ahli tasawuf mendeskripsikan pengalaman batinnya dan mengkristalkannya dalam sebuah konsep tasawuf.
a.      Jelaskan konsep tasawuf berikut ini; al hulul, al ittihad, dan wahdatul wujud!.
b.      Bagaimana pendapat saudara tentang konsep-konsep di atas?
JAWAB
A.       
a.             Aliran Ittihad
Zun Nun Almisry (245 H) adalah sufi yang pertama kalinya mengemukakan faham ma`rifah dalam tasawuf dan dalam perkembangannya. Menurut Zun Nun, bahwa ma`rifah yang hakiki adalah ma`rifah sifat wahdaniyyah yang bagi wali-wali Allah secara khusus karena mereka menyaksikan Allah dengan hati mereka, maka terbukalah bagi mereka apa-apa yang tidak terbuka bagi orang lainnya.
 Apa yang telah dirintis oleh Zun Nun itu dikembangkan lebih jauh oleh Abu Yazid Thaifur bin Isa Al Bistami (261 H). Abu Yazidlah orang pertama sekali secara terbuka mengemukakan ajran ittihad. Ittihad adalah kepercayaan bahwa khaliq (Allah) dapat bersatu dengan makhluk (manusia). Yakni hubungan yang terjadi antara zat makhluk dengan khaliq. Apabila terjadi hal ini maka makhluk akan berada dalam keadaan tak sadar diri, yang mereka namakan mahwu.

b.             Aliran Hulul
Al-Hulul adalah kepercayaan bahwa Allah bersemayam di tubuh salah seorang, yang kiranya bersedia untuk itu, karena kemurnian jiwanya dan kesucian ruhnya. Di antara orang-orang yang menganut akidah dan kepercayaan ini ialah Al-Hallaj. Ajaran-ajaran Al-Hallaj tentang tasawuf tergambar dalam buah fikiran yang terpisah-pisah dan di dalam teori yang bersifat ekstrim. Menurut Abul Qasim Al Razi, Al Hallaj pernah menulis sebuah surat yang berbunyi : “ Dari yang maha pengasih lagi maha penyayang kepada fulan bin fulan”. Tatkala ditanya orang mengapa dia menulis dengan kata-kata tersebut, dia memeberikan jawban bahwa” Penulis itu hanya Allah sedang aku dan tanganku hanyalah alat belaka”.

c.              Aliran Wahdatul Wujud
Pemimpin aliran Wahdatul Wujud adalah filsuf dan sufi yang bernama Ibnu Arabi dari Andalusia. Beliau   dilahirkan  tahun 598 H / 1102 M dan meninggal pada tahun 638 H/1240 M. Menurut Dr. Abdul `Ala Afifi, tidak ditemui seorang tokoh aliran Wahdatul Wujud dalam Islam yang memiliki ajaran sempurna sistematis terkecuali Ibnu Arabi. Dialah peletak dasar dan Pembina ajaran-ajaran Wahdatul Wujud hingga berdiri sebagai suatu aliran.
Menurut Ibnu Arabi, adanya alam semesta ini tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Nabi Adam sendiri. Wahdatul Wujud adalah kepercayaan bahwa yang maujud (ada) itu hanyalah satu, tidak dapat diduakan. Dengan kata lain, tak ada yang maujud(ada) kecuali Allah SWT.

B.              
Pendapat kami, ketiga aliran tersebut menyatakan hal yang sama bahwa manusia bisa mencapai tingkatan penyatuan yang sempurna (kesatuan total) terhadap Tuhannya, menyatu dalam dzat, sifat, af’al dan asma’nya. Sehingga yang nampak pada dirinya adalah sifat ketuhanan bukan sifat manusia lagi. Dalam tingkatan ini sifat kemanusian telah sirna dan telah digantikan oleh sifat ketuhanan, sehingga orang yang telah mencapai dalam tingkatan ini cenderung tidak dapat menguasai dirinya sendiri dan dalam pandangan masyarakat pada umumnya telah dinyatakan sebagai orang yang telah meninggalkan syariat dan berhukum syirik. Dalam aliran ini, peran manusia dalam segala perbuatan telah tiada, dan yang ada hanyalah Allah semata.
Ketiga aliran tersebut menyatakan hal yang sama yakni wujud tunggal (esa) tanpa memandang makhluk hidup yang telah hidup di muka bumi. Ketiga tingkatan ini tidaklah harus serta merta kita ikuti sebelum menempuh cara-cara yang harus dilewati sehingga bisa menempati makam/derajat seperti yang telah dirasakan oleh ketiga ajaran tersebut. Dan pada akhirnya setiap pendapat mereka yang berhubugan dengan kesirnaan/kesatuan dalam wujud tidak boleh kita pegang, sebab kita belum sederajat dengan mereka. Paham mereka tidak bisa dipahami dengan kaca mata syariat belaka, tetapi harus melihat dengan pemahaman hakikat. Dan jelas, antara syariat dan hakikat sangatla jauh perbandingannya, tetapi keduanya saling berhubungan.

4.             Jelaskan pengertian thariqat  baik menurut bahasa maupun istilah!
Jawab
a.         Al-Tariqat jamaknya “Al-Tara’iq”, secara etimologis berarti :
Ø Jalan, cara (al-Kaifiyyah);
Ø Metode, sistem (al-Uslub);
Ø Mazhab, aliran, haluan (al-Madhhab);
Ø Keadaan (al-Halah);
Ø Pohon kurma yang tinggi (al-Nahlah al-Tawilah);
Ø Tiang tempat berteduh, tongkat paying (‘Amud al-Mizallah);
Ø Yang mulia, terkemuka dari kaum (Sharif al-qaum); dan
Ø Goresan / garis pada sesuatu (al-khatt fi al-shai)
b.         Tariqat menurut Termenologi adalah mengambil (melaksanakan) agama dengan sangat waspada dan berhati-hati di dalam semua amal perbuatan.

5.             Dalam dunia  thariqat, kita mengenal banyak aliran. Diantara aliran-aliran tersebut adalah Naqsabandiah, Qadiriyah, Rifai’yah, dan syadziliyah.
a.      Jelaskan aliran-aliran thariqat di atas dan bagaimana ajaran-ajarannya!
b.      Bagaimana pendapat saudara aliran-aliran tersebut?
Jawab
a.      Tarekat Naqsabandiyah
 Didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389M] di Turkistan. Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Cirri menonjol Tarekat Naksabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati Negara pada agama.
Ajarannya :
1.      Menjaga nafas pada waktu masuk dan keluar atau keduanya jangan sampain melupakan ingat kepada Allah.
2.      Seorang salik di waktu berjalan dengan kedua kakinya, dan diwaktu duduk harus merasa di hadapan Allah
3.      Berpindah dari sifat manusia yang rendah kepada sifat malaikat yang utama
4.      Bahwa hati alik harus selalu Hudlur dengan Allah dalam semua tingkah laku, melupakan ingat semua makhluk sekalipu berda diantara mereka
5.      Dalam Nafi Istbat orang yang berdzikir setelah melepaskan nafasnya, kembali munajat kepada Allah
6.      Dzikir yang terus menerus selamanya, baik dengan Ismu Dzat atau Nafi Itsbat
7.      Harus menjaga hatinya jangan sampai dimasuki kehendak selain Allah walaupun sebentar
8.      Mengahadap yang murni yang bersih dari berbagai ucapan untuk menerima Nur Dzat Al Ahadiyah

b.      THARIQAT QODIRIYYAH
Qadiriyah didirikan oleh Abd Al-Qadir Jailani [470/1077-561/1166] atau quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,tidak sempit sehingga tuan syekh atau Syekh Mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan dan kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar dunia Islam. Terutama di Turki, Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan termasuk ke Indonesia.
Ajarannya :
1.      Berpegangan Al Qur’an dan Al Hadits
2.      Bersih hati
3.      Tangan dermawan
4.      Memberikan pertolongan kepada orang lain
5.      Tabah dan sabar disakiti orang lain
6.      Mengampuni kesalahan kawan

c.       THARIQAT RIFA’IYYAH
Tarekat Rifa’iyah, khususnya, pertama kali muncul dan berkembang luas di wilayah Irak bagian selatan. Pendirinya adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah, Irak bagian selatan, pada 500 H (1106 M). Sedangkan, sumber lain menyebutkan, ia lahir pada 512 H (1118 M).Ajarannya :
Dalam beberapa cabang, pengikut Rifa’iyah harus mengasingkan diri dan melakukan penyendirian spiritual (khalwat). Praktik ini biasanya dilakukan paling sedikit selama satu pekan pada awal Muharram.
Menurut Sayyid Mahmud Abul Al-Faidl Al-Manufi, Tarekat Rifa’iyah mempunyai tiga ajaran dasar, yaitu tidak meminta sesuatu, tidak menolak, dan tidak menunggu.
Sementara itu, menurut Asy-Sya’rani, tarekat ini menekankan pada ajaran asketisme (zuhud) dan makrifat (puncak tertinggi dalam ajaran tasawuf).
Dalam pandangan Syekh Ar-Rifa’i, sebagaimana diriwayatkan Asy-Sya’rani, asketisme merupakan landasan keadaan-keadaan yang diridhai dan tingkatan-tingkatan yang disunahkan. Asketisme adalah langkah pertama orang menuju kepada Allah, mendapat ridha dari Allah, dan bertawakal kepada Allah. “Barangsiapa belum menguasai landasan kezuhudan, langkah selanjutnya belum lagi benar,” kata Syekh Ar-Rifa’i,
Mengenai makrifat, Syekh Ar-Rifa’i berpendapat bahwa penyaksian adalah kehadiran dalam makna kedekatan kepada Allah disertai ilmu yakin dan tersingkapnya hakikat realitas-realitas secara benar-benar yakin. Menurutnya, cinta mengantar rindu dendam, sedangkan makrifat menuju kefanaan ataupun ketiadaan diri.

d.      THARIQAT SYADZILIYYAH
Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili [593/1196-656/1258]. Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir.
Ajarannya :
1.      Bertaqwa kepada Allah lahir dan batin di dalam pribadi seniri maupun dimuka umum
2.      Mengikuti sunnah Rasul dalam semua kata dan perbuatan
3.      Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka (tidak menghiraukan apakah mereka benci atauka suka)
4.      Ridla dari Allah tentang sedikit atau banyak, ringan atau berat
5.      Kembali kepada Allah dalam suka dan duka

B.
Pendapat kami, keempat tersebut ajarannya berlandaskan dari ajaran Al Qu’an dan Al Hadits, sebab orang yang berthariqah harus perpegang teguh  dan mengamalkan seluruh syaria’t Islam sebelum dia tidak akan bisa menggapai hakikat/makrifat tanpa terlebih dahulu menjalankan dan mengamalkan syariat. Seperti dalam ungkapan syaikh Zainuddin Ibn Ali Al Malibari dalam syairnya :
فشريعة كسفينة وطريقة  *  كالبحر ثم حقيقة در غلا
 “ Syari’at itu laksana perahu dan thariqat laksana laut, kemudian haqiqat laksana mutiara yang mahal ”
            Sedangkan sebagian ulama’ yang lain mengumpamakan syari’at, thariqat dan haqiqat seperti pala. Syari’at laksan kulit, thariqat laksana isinya dan haqiqat laksana minyaknya. Seseorang tidak akan memperoleh minyaknya kecuali setelah memperoleh isianya dan ia tidak dapat memperoleh isinya kecuali setelah memecah kulitnya.
            Keempat thoriqat tersebut juga mengajarkan dalam 2 dimensi yakni :
  1. Hubungan antar manusia lainnya (Habl min Naas), yakni pertama, selalu berprilaku dermawan kepada siapapun tanpa memandang status dan derajat, tanpa melihat musuh atau kawan, dengan bertujuan hanya semata-mata untuk menggapai ridla Allah, tanpa bertujuan dipuji masyarakat dan tidak takut dicemooh masyarakat. Kedua, tidak mengharapkan suatu pemberian dari masyarakat meskipun telah berbuat kebaikan. Ketiga, berprilaku tawadlu terhadap masyarakat meskipun telah disakiti.
  2. Hubungan dengan Allah (Habl Min Allah), yakni hatinya selalu kosong dengan mengingat selain Allah, diisi dengan dzirullah disetiap tempat, waktu dan kondisi apapun. Kedua, dalam beribadah tidak menyekutukan Allah baik dalam tujuan maupun permintaan.
Keempat thariqat tersebut adalah salah satu metode yang telah dilakukan oleh pencetusnya sehingga melahirkan ajaran-ajaran yang telah disebarkan oleh murid-muridnya. Dengan demikian kandungan di dalam ajaran semua thariqat mengandung kebaikan. Dan hal ini cukup menyita dalam pikiran semua umat manusia yang ingin menempuh jalan kepada Allah dengan melalui thariqat yang sesuai dengan harapannya.
            Disini kami juga berpendapat, bahwa yang menyebabkan seseorang dapat menempuh jalan kepada Allah adalah karena 2 hal :
1.      Diri sendiri, dengan keinginan yang kuat dan cita-cita yang luhur seserang akan mudah menempuh ke jalan Allah, dengan melalui takhalli, tahalli dan tajalli yang harus dia lakukan terlebih dahulu sebelum mancapai tingkat makrifat
2.      Mursyid kamil mukammil, adalah seorang guru yang telah memiliki sifat-sifat yang telah ditentukan sebagai guru mursyid untuk membimbing dan mengantarkan seorang murid mencapai tingkat makrifat seperti dalam pengalamannya. Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang mursyid (seperti dalam kitab Umm al Bahrain) adalah :
a.      dikuatkan dengan mata hati (telah makrifat)
b.      zuhud terhadap dunia
c.       belas kasih terhadap orang fakir
d.      menolong dengan belas kasihannya terhadap orang-orang bodoh (orang-orang yang telah mengenal agama hanya sebagai symbol belaka)

Tidak ada komentar: