1.
Jelaskan
pengertian tasawuf baik menurut bahasa maupun istilah!
A.
Tasawuf menurut etimologi adalah ada 8 (delapan) pendapat pengertian
tasawuf menurut bahasa, yaitu:
a.
Tasawuf berasal dari istilah yang diserupakan dengan "ahlus Suffah"
yaitu salah satu kelompok jama'ah di zaman Rasulullah SAW yang hidupnya gemar
berdiam diri berlama-lama beribadah di Masjid dan di sekitar Masjid.
b.
Tasawuf berasal dari kata "shafa", merupakan
fi'il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah yang
ditujukan sebagai julukan untuk orang-orang yang bersih atau suci (orang-orang
yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah).
nnn
d.
Tasawuf di tamsilkan
kepada orang-orang dari Bani Shuffah yang gemar mendirikan
tenda-tenda di tengah padang pasir tatkala kemalaman dalam musafir.
e.
Tasawuf berasal dari kata "sufi" yang artinya adalah orang suci atau orang
yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah SWT menurut tuntunan Al-Qur'an dan
Al-Hadits. Pendapat ini yang paling populer di kalangan sufi.
f.
Tasawuf berasal dari kata "shaufanah"
yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di padang pasir Arab.
Hal ini disebabkan karena mereka mendapati pakaian jubah para sufi di masa itu banyak bulunya, sehingga
ditamsilkan dengan shaufanah.
g.
Tasawuf berasal dari kata "shuf" yang artinya bulu domba atau wol. Hal ini
dikarenakan para sufi di masa awal rajin memakai jubah yang terbuat dari benang
wol berbulu domba sebagai tanda kerendahan hati dan kewarokan para sufi dalam
berkehidupan di bumi Allah ini dan menghindari bermegah-megahan.
h.
Tasawuf berasal dari kata "wazan tafa'ul",
yaitu "tafa'ala - yatafa'alu - tafa' 'ulan"
dengan imbangannya "tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan". Dalam hal
ini tasawuf dapat berkonotasi makna dengan "tashawwafa arrajulu"
artinya seorang laki-laki telah mentasawuf, maksudnya laki-laki itu telah
hijrah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan sufi, karena biasanya orang yang
telah memasuki dunia tasawuf mereka mempunyai simbol-simbol seperti cara
berpakaian yang terbuat dari benang wol, bahkan ada yang berpakaian jubah
terbuat dari goni bolang (goni beras) sebagai bukti kesederhanaannya
B.
Tasawuf dalam arti termenologi menurut
para ahli yakni :
a.
Imam Junaid dari Baghdad (m. 910), mendefinisikan
tasawuf sebagai “mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat
rendah”.
b.
Bisyr Al
Harits, tasawuf adalah bersihnya hati karena Allah
c.
Umar Ibn ‘Utsman Al Makki, tasawuf adalah agar seorang
hamba dalam setiap waktu dengan suatu perbuatan yang lebih utama daripada
perbuatan di waktu itu.
d.
Syaik
Ruwaim, tasawuf itu terbentuk di atas 3 hal :
1.
Berpegangan dengan
rasa fakir dan merasa membutuhkan kepada Rahmat dan pertolongan Allah Swt.
2.
Melaksanakan
perbuatan memberi dan mengalah
3.
Meninggalkan
perbuatan menentang yang dikehendaki Allah dan meninggalkan memilih kehendak
dirinya sendiri.
e.
Syekh Abul Hasan asy-Syadzili (m. 1258) syekh sufi
besar dari Afrika Utara, mendefinisikan tasawuf sebagai “praktik dan latihan
diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan
Tuhan”
f.
Sahal al-Tustury (w 245) mendefinisikan tasawuf dengan
“ orang yang hatinya jernih dari kotoran, penuh pemikiran, terputus hubungan
dengan manusia, dan memandang antara emas dan kerikil”
g.
Syeikh Ahmad Zorruq (m. 1494) dari Maroko
mendefinisikan tasawuf sebagai berikut :
“Ilmu yang dengannya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan menjaganya dalam batas-batas syariat islam agar kebijaksanaan menjadi nyata”.
“Ilmu yang dengannya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan menjaganya dalam batas-batas syariat islam agar kebijaksanaan menjadi nyata”.
h.
Ma’ruf al-Kharkhi mengatakan tasawuf adalah memilih
Tuhan dan berputus asa terhadap apa saja yang ada di tangan para makhluk.
i.
Abu Muhammad al-Jurarai menyatakan bahwa tasawuf
adalah masuk ke dalam budi menurut contoh yang ditinggalkan Nabi dan keluar
dari budi yang rendah.
2.
Dalam
perkembangan tasawuf, dikenal beberapa aliran. Jelaskan aliran-aliran tersebut
dan tokohnya masing-masing!
a.
Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak
mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat ma’rifah kepada
Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa
disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlaki ini dikembangkan
oleh ulama salaf as-salih. Dalam diri manusia ada potensi
untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik
adalah al-‘Aql dan al-Qalb.an-Nafs. (nafsu)
yang dibantu oleh syaithan. Sebagaimana
digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut : artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya”.Para sufi yang
mengembangkan taswuf akhlaki antara lain : Hasan al-Basri (21 H – 110 H),
al-Muhasibi (165 H – 243 H), al-Qusyairi (376 H – 465 H), Syaikh al-Islam
Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid
al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain. Sementara potensi untuk
menjadi buruk adalah
b.
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan
teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan
oleh para sufi yang filosof. Ibnu Khaldun
berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat
perkara. Keempat perkara itu adalah sebagai berikut:
Ø
Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta
intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
Ø
Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib,
misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh,
hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan
yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
Ø
Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
Ø
Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya
sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi
masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk
kelompok sufi falsafi antara lain adalah al-Hallaj (244 – 309 H/ 858 – 922 M)
Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H), Ibnu Sab’in (lahir tahun
614 H) as-Sukhrawardi dan yang lainnya.
c.
Tasawuf ‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat
kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran
atau pemikiran tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh
karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat
al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara
batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah ke
dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Tokoh-tokoh yang mengembangkan
tasawuf ‘irfani antara lain : Rabi’ah al-Adawiyah (96 – 185 H), Dzunnun
al-Misri (180 H – 246 H), Junaidi al-Bagdadi (W. 297 H), Abu Yazid al-Bustami
(200 H – 261 H), Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Arabi, Abu Bakar as-Syibli, Syaikh Abu
Hasan al-Khurqani, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin al-Kubra dan
lain-lainnya.
3.
Para
ahli tasawuf mendeskripsikan pengalaman batinnya dan mengkristalkannya dalam
sebuah konsep tasawuf.
a.
Jelaskan
konsep tasawuf berikut ini; al hulul, al ittihad, dan wahdatul wujud!.
b.
Bagaimana
pendapat saudara tentang konsep-konsep di atas?
JAWAB
A.
a.
Aliran Ittihad
Zun Nun Almisry (245 H) adalah sufi yang pertama
kalinya mengemukakan faham ma`rifah dalam tasawuf dan dalam perkembangannya.
Menurut Zun Nun, bahwa ma`rifah yang hakiki adalah ma`rifah sifat wahdaniyyah
yang bagi wali-wali Allah secara khusus karena mereka menyaksikan Allah dengan
hati mereka, maka terbukalah bagi mereka apa-apa yang tidak terbuka bagi orang
lainnya.
Apa yang telah dirintis oleh Zun Nun
itu dikembangkan lebih jauh oleh Abu Yazid Thaifur bin Isa Al Bistami (261 H).
Abu Yazidlah orang pertama sekali secara terbuka mengemukakan ajran ittihad.
Ittihad adalah kepercayaan bahwa khaliq (Allah) dapat bersatu dengan makhluk
(manusia). Yakni hubungan yang terjadi antara zat makhluk dengan khaliq.
Apabila terjadi hal ini maka makhluk akan berada dalam keadaan tak sadar diri, yang mereka namakan mahwu.
b.
Aliran Hulul
Al-Hulul adalah kepercayaan bahwa Allah bersemayam di
tubuh salah seorang, yang kiranya bersedia untuk itu, karena kemurnian jiwanya
dan kesucian ruhnya. Di antara orang-orang yang menganut akidah dan kepercayaan
ini ialah Al-Hallaj. Ajaran-ajaran Al-Hallaj tentang
tasawuf tergambar dalam buah fikiran yang terpisah-pisah dan di dalam teori
yang bersifat ekstrim. Menurut Abul Qasim Al Razi, Al Hallaj pernah menulis
sebuah surat yang berbunyi : “ Dari yang maha pengasih lagi maha penyayang
kepada fulan bin fulan”. Tatkala ditanya orang mengapa dia menulis dengan kata-kata
tersebut, dia memeberikan jawban bahwa” Penulis itu hanya Allah sedang aku dan
tanganku hanyalah alat belaka”.
c.
Aliran Wahdatul Wujud
Pemimpin aliran Wahdatul Wujud adalah filsuf dan sufi
yang bernama Ibnu Arabi dari Andalusia. Beliau dilahirkan
tahun 598 H / 1102 M dan meninggal pada tahun 638 H/1240 M. Menurut Dr. Abdul
`Ala Afifi, tidak ditemui seorang tokoh aliran Wahdatul Wujud dalam Islam yang
memiliki ajaran sempurna sistematis terkecuali Ibnu Arabi. Dialah peletak dasar
dan Pembina ajaran-ajaran Wahdatul Wujud hingga berdiri sebagai suatu aliran.
Menurut Ibnu Arabi, adanya alam semesta ini tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Nabi Adam
sendiri. Wahdatul Wujud adalah kepercayaan
bahwa yang maujud (ada) itu hanyalah satu, tidak dapat diduakan. Dengan kata
lain, tak ada yang maujud(ada) kecuali Allah SWT.
B.
Pendapat kami, ketiga aliran tersebut menyatakan hal
yang sama bahwa manusia bisa mencapai tingkatan penyatuan yang sempurna
(kesatuan total) terhadap Tuhannya, menyatu dalam dzat, sifat, af’al dan asma’nya.
Sehingga yang nampak pada dirinya adalah sifat ketuhanan bukan sifat manusia
lagi. Dalam tingkatan ini sifat kemanusian telah sirna dan telah digantikan
oleh sifat ketuhanan, sehingga orang yang telah mencapai dalam tingkatan ini
cenderung tidak dapat menguasai dirinya sendiri dan dalam pandangan masyarakat
pada umumnya telah dinyatakan sebagai orang yang telah meninggalkan syariat dan
berhukum syirik. Dalam aliran ini, peran manusia dalam segala perbuatan telah
tiada, dan yang ada hanyalah Allah semata.
Ketiga aliran tersebut menyatakan hal yang sama yakni
wujud tunggal (esa) tanpa memandang makhluk hidup yang telah hidup di muka bumi.
Ketiga tingkatan ini tidaklah harus serta merta kita ikuti sebelum menempuh
cara-cara yang harus dilewati sehingga bisa menempati makam/derajat seperti
yang telah dirasakan oleh ketiga ajaran tersebut. Dan pada akhirnya setiap
pendapat mereka yang berhubugan dengan kesirnaan/kesatuan dalam wujud tidak
boleh kita pegang, sebab kita belum sederajat dengan mereka. Paham mereka tidak
bisa dipahami dengan kaca mata syariat belaka, tetapi harus melihat dengan
pemahaman hakikat. Dan jelas, antara syariat dan hakikat sangatla jauh
perbandingannya, tetapi keduanya saling berhubungan.
4.
Jelaskan
pengertian thariqat baik menurut bahasa
maupun istilah!
Jawab
a.
Al-Tariqat jamaknya “Al-Tara’iq”, secara etimologis berarti :
Ø
Jalan, cara (al-Kaifiyyah);
Ø
Metode, sistem (al-Uslub);
Ø
Mazhab, aliran, haluan (al-Madhhab);
Ø
Keadaan (al-Halah);
Ø
Pohon kurma yang tinggi (al-Nahlah al-Tawilah);
Ø
Tiang tempat berteduh, tongkat paying (‘Amud al-Mizallah);
Ø
Yang mulia, terkemuka dari kaum (Sharif al-qaum); dan
Ø
Goresan / garis pada sesuatu (al-khatt fi al-shai)
b.
Tariqat menurut
Termenologi adalah mengambil (melaksanakan) agama dengan sangat waspada dan
berhati-hati di dalam semua amal perbuatan.
5.
Dalam
dunia thariqat, kita mengenal banyak
aliran. Diantara aliran-aliran tersebut adalah Naqsabandiah, Qadiriyah,
Rifai’yah, dan syadziliyah.
a.
Jelaskan
aliran-aliran thariqat di atas dan bagaimana ajaran-ajarannya!
b.
Bagaimana
pendapat saudara aliran-aliran tersebut?
Jawab
a.
Tarekat Naqsabandiyah
Didirikan oleh
Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389M] di Turkistan.
Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim
di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia
Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India.
Cirri menonjol Tarekat Naksabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat secara
ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan
tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam
memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati Negara
pada agama.
Ajarannya :
1.
Menjaga nafas pada waktu masuk dan keluar
atau keduanya jangan sampain melupakan ingat kepada Allah.
2.
Seorang salik di waktu berjalan dengan
kedua kakinya, dan diwaktu duduk harus merasa di hadapan Allah
3.
Berpindah dari sifat manusia yang rendah
kepada sifat malaikat yang utama
4.
Bahwa hati alik harus selalu Hudlur dengan
Allah dalam semua tingkah laku, melupakan ingat semua makhluk sekalipu berda
diantara mereka
5.
Dalam Nafi Istbat orang yang
berdzikir setelah melepaskan nafasnya, kembali munajat kepada Allah
6.
Dzikir yang terus menerus selamanya, baik
dengan Ismu Dzat atau Nafi Itsbat
7.
Harus menjaga hatinya jangan sampai
dimasuki kehendak selain Allah walaupun sebentar
8.
Mengahadap yang murni yang bersih dari
berbagai ucapan untuk menerima Nur Dzat Al Ahadiyah
b.
THARIQAT QODIRIYYAH
Qadiriyah didirikan oleh Abd Al-Qadir Jailani
[470/1077-561/1166] atau quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat
Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,tidak sempit sehingga tuan syekh atau
Syekh Mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah SWT
guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan dan kemandirian inilah, yang menyebabkan
tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar dunia Islam. Terutama di Turki,
Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan termasuk ke Indonesia.
Ajarannya
:
1. Berpegangan Al Qur’an dan Al Hadits
2. Bersih hati
3. Tangan dermawan
4. Memberikan pertolongan kepada orang lain
5. Tabah dan sabar disakiti orang lain
6. Mengampuni kesalahan kawan
c. THARIQAT RIFA’IYYAH
Tarekat
Rifa’iyah, khususnya, pertama kali muncul dan berkembang luas di wilayah Irak
bagian selatan. Pendirinya adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i. Ia lahir
di Qaryah Hasan, dekat Basrah, Irak bagian selatan, pada 500 H (1106 M).
Sedangkan, sumber lain menyebutkan, ia lahir pada 512 H (1118 M).Ajarannya
:
Dalam
beberapa cabang, pengikut Rifa’iyah harus mengasingkan diri dan melakukan
penyendirian spiritual (khalwat). Praktik ini biasanya dilakukan paling sedikit
selama satu pekan pada awal Muharram.
Menurut
Sayyid Mahmud Abul Al-Faidl Al-Manufi, Tarekat Rifa’iyah mempunyai tiga ajaran
dasar, yaitu tidak meminta sesuatu, tidak menolak, dan tidak menunggu.
Sementara
itu, menurut Asy-Sya’rani, tarekat ini menekankan pada ajaran asketisme (zuhud)
dan makrifat (puncak tertinggi dalam ajaran tasawuf).
Dalam
pandangan Syekh Ar-Rifa’i, sebagaimana diriwayatkan Asy-Sya’rani, asketisme
merupakan landasan keadaan-keadaan yang diridhai dan tingkatan-tingkatan yang
disunahkan. Asketisme adalah langkah pertama orang menuju kepada Allah,
mendapat ridha dari Allah, dan bertawakal kepada Allah. “Barangsiapa belum
menguasai landasan kezuhudan, langkah selanjutnya belum lagi benar,” kata Syekh
Ar-Rifa’i,
Mengenai
makrifat, Syekh Ar-Rifa’i berpendapat bahwa penyaksian adalah kehadiran dalam
makna kedekatan kepada Allah disertai ilmu yakin dan tersingkapnya hakikat
realitas-realitas secara benar-benar yakin. Menurutnya, cinta mengantar rindu
dendam, sedangkan makrifat menuju kefanaan ataupun ketiadaan diri.
d. THARIQAT SYADZILIYYAH
Tarekat Syadziliyah didirikan oleh
Abu Al-Hasan Asy-Syadzili [593/1196-656/1258]. Syadziliyah menyebar luas di
sebagian besar Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh
cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir.
Ajarannya
:
1. Bertaqwa kepada Allah lahir dan batin di dalam pribadi
seniri maupun dimuka umum
2. Mengikuti sunnah Rasul dalam semua kata dan perbuatan
3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan atau
kebencian mereka (tidak menghiraukan apakah mereka benci atauka suka)
4. Ridla dari Allah tentang sedikit atau banyak, ringan
atau berat
5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka
B.
Pendapat kami, keempat tersebut ajarannya berlandaskan dari ajaran Al Qu’an
dan Al Hadits, sebab orang yang berthariqah harus perpegang teguh dan mengamalkan seluruh syaria’t Islam sebelum
dia tidak akan bisa menggapai hakikat/makrifat tanpa terlebih dahulu menjalankan
dan mengamalkan syariat. Seperti dalam ungkapan syaikh Zainuddin Ibn Ali Al
Malibari dalam syairnya :
فشريعة
كسفينة وطريقة * كالبحر ثم حقيقة در غلا
“ Syari’at itu laksana perahu dan thariqat laksana laut, kemudian
haqiqat laksana mutiara yang mahal ”
Sedangkan
sebagian ulama’ yang lain mengumpamakan syari’at, thariqat dan haqiqat seperti
pala. Syari’at laksan kulit, thariqat laksana isinya dan haqiqat laksana
minyaknya. Seseorang tidak akan memperoleh minyaknya kecuali setelah memperoleh
isianya dan ia tidak dapat memperoleh isinya kecuali setelah memecah kulitnya.
Keempat
thoriqat tersebut juga mengajarkan dalam 2 dimensi yakni :
- Hubungan antar manusia lainnya (Habl min Naas), yakni pertama, selalu berprilaku dermawan kepada siapapun tanpa memandang status dan derajat, tanpa melihat musuh atau kawan, dengan bertujuan hanya semata-mata untuk menggapai ridla Allah, tanpa bertujuan dipuji masyarakat dan tidak takut dicemooh masyarakat. Kedua, tidak mengharapkan suatu pemberian dari masyarakat meskipun telah berbuat kebaikan. Ketiga, berprilaku tawadlu terhadap masyarakat meskipun telah disakiti.
- Hubungan dengan Allah (Habl Min Allah), yakni hatinya selalu kosong dengan mengingat selain Allah, diisi dengan dzirullah disetiap tempat, waktu dan kondisi apapun. Kedua, dalam beribadah tidak menyekutukan Allah baik dalam tujuan maupun permintaan.
Keempat
thariqat tersebut adalah salah satu metode yang telah dilakukan oleh
pencetusnya sehingga melahirkan ajaran-ajaran yang telah disebarkan oleh
murid-muridnya. Dengan demikian kandungan di dalam ajaran semua thariqat
mengandung kebaikan. Dan hal ini cukup menyita dalam pikiran semua umat manusia
yang ingin menempuh jalan kepada Allah dengan melalui thariqat yang sesuai
dengan harapannya.
Disini
kami juga berpendapat, bahwa yang menyebabkan seseorang dapat menempuh jalan
kepada Allah adalah karena 2 hal :
1. Diri sendiri,
dengan keinginan yang kuat dan cita-cita yang luhur seserang akan mudah
menempuh ke jalan Allah, dengan melalui takhalli, tahalli dan tajalli yang
harus dia lakukan terlebih dahulu sebelum mancapai tingkat makrifat
2. Mursyid kamil
mukammil, adalah seorang guru yang telah memiliki sifat-sifat yang telah
ditentukan sebagai guru mursyid untuk membimbing dan mengantarkan seorang murid
mencapai tingkat makrifat seperti dalam pengalamannya. Sifat-sifat yang harus
dimiliki seorang mursyid (seperti dalam kitab Umm al Bahrain) adalah :
a. dikuatkan
dengan mata hati (telah makrifat)
b. zuhud
terhadap dunia
c. belas kasih
terhadap orang fakir
d. menolong
dengan belas kasihannya terhadap orang-orang bodoh (orang-orang yang telah
mengenal agama hanya sebagai symbol belaka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar